Terlambat

Terlambat

Terlambat
Senin, 16 April 2012
"kamu pergi meninggalkanku sendiri, tanpa sempat mengucapkan kata "maaf", tanpa surat atau saling tatap " Siang ini matahari tepat diatas kepalaku, aku berjalan sedikit berlari kerumahmu dengan seragam sekolah yang belum sempat aku tanggalkan. Sampai depan rumahmu aku hanya disambut dengan keheningan dan sebaris pagar bisu yang rapat terkunci. Kutekan berkali - kali bel disampingku, namun tidak seorang pun keluar dari dalam rumah. Kutengok ke dalam rumah seperti tidak ada orang, ini adalah hari terakhir sebelum kamu pindah ke luar kota. Dan hari ini aku berharap bisa bertemu denganmu untuk menyatakan cinta yang selama tiga tahun ini aku pendam dalam hati. Selama itu aku hanya bisa memberikanmu cinta dan kasih sayang yang kau anggap sebagai teman. Aku masih bersandar dan menunggu berharap kamu datang kembali tapi suara adzan ashar menyadarkanku untuk pulang dengan berat hati kulangkahkan kaki ini, sejauh kaki ini melangkah sejauh itu pula aku selalu menoleh ke belakang, ke rumah itu berharap kamu kembali. Aku pulang dengan perasaan lemas, lesu, letih, lusuh, dan menyesal, menyesal untuk kebodohanku yang tak pernah berani mengungkapkan cinta ini. Kadang aku takut setelah aku mengungkapkan semua isi dihatiku padamu, kamu akan berubah tidak sedekat saat kamu belum mengetahui perasaanku. Tapi baru hari ini aku menyadari kamu itu yang "terindah", benar kata orang penyesalan itu datangnya terakhir dan benar kata orang juga kadang kita menyadari bahwa seseorang itu berarti untuk kita setelah dia pergi meninggalkan kita.