Suka Duka Menjadi Guru Les

Suka Duka Menjadi Guru Les

Suka Duka Menjadi Guru Les
Jumat, 17 Agustus 2012
Images From Google

Awal berhubungan langsung dengan dunia pendidikan sebagai pengajar, terjadi ketika tiga bulan pada tahun 2011. Saya ditawari untuk mengajar Les Private komputer oleh tetangga yang pada waktu itu baru membeli komputer, dia menginginkan anaknya yang masih berumur 9 tahun itu bisa komputer dan mungkin tidak ketinggalan untuk bisa menguasai komputer. Karena pada waktu itu saya tidak ada kegiatan selain kuliah, kuliahpun tidak terlalu padat maka saya putuskan untuk menerima tawaran yang diberikan.Alasan saya langsung menerima tawaran yang diberikan pada waktu itu adalah soal uang, karena dengan mengajar Les maka saya bisa mendapatkan tambahan uang jajan. Tidak ada pikiran bagaimana proses tiga bulan kedepan karena saya pikir saat itu saya menguasain materi yang akan diberikan untuk anak didik saya. Hari pertama saya mengajar akhirnya tiba dan alhamdulilah bisa dibilang hari pertama lancar tanpa kendala anak didik yang saya ajar mengikuti dan mengerti semua yang saya jelaskan. Padahal bisa dibilang awal mengajar saya gugup walaupun yang diajar oleh saya ini anak kecil tapi kedua orang tua si anak ternyata memperhatikan dengan jelas setiap gerak - gerik saya dari kursi yang sepertinya sudah mereka siapkan untuk memperhatikan materi apa saja yang saya berikan untuk anak mereka. Hari berikutnya setelah hari pertama menjadi berat bagi saya, si anak mulai nakal banyak permintaan yang di ajukan seperti main game dulu sebelum belajar dan yang lainnya. Sebenarnya ini salah saya juga yang mengenalkan game kepada dia karena harapa dia termotivasi untuk lebih rajin tapi apa daya malah senjata makan tuan. Bisa dibilang tiga bulan itu saya harus mengeluarkan energi ekstra untuk menjelaskan agar dapat diterima oleh sang anak. Kadang saat itu terjadi suka membayangkan guru - guru TK dan SD yang mengajar anak - anak. Mungkin bagaimana capeknya yang satu saja saya suka kewalahan apalagi yang tiga puluh sampai empat puluh anak dalam satu kelas. Hal yang paling saya ingat dari tiga bulan mengajar anak kecil itu adalah jangan telat, iya karena ketika saya telat lima menit saja maka si anak sudah kabur untuk bermain atau tertidur pulas. Kadang suka kesel juga sudah jauh - jauh datang dari rumah saya eh pas datang ke rumah anaknya sudah tidur. Sebenarnya saya tidak ingin telat tapi jarak rumah anak didik dengan rumah saya yang agak jauh memungkinkan say untuk terlambat apali saya datang kesana hanya dengan berjalan kaki. Tapi kadang itu semua terbayar ketika pada akhir bulan kedua orang tua anak itu memberikan uang lelah selama satu bulan, lumayan bisa mentraktir teman - teman dan keluarga walaupun sekedar hanya untuk membeli baso. Pengalaman tiga bulan itu memang sebentar tapi jujur banyak hal yang membuka mata saya tentang beratnya menjadi seorang pengajar, mendidik anak orang itu gampang - gampang susah. Kesimpulan yang saya dapat dan menjadi bahan renungan untuk diri saya khusunya, bagaimana jika suatu saat saya menjadi seorang pendidik yang bertanggung jawab bukan hanya pada anak - anak dan orang tua anak - anak itu tapi pada negara. Tiga bulan itu juga mempangaruhi saya untuk selalu fokus dan menghormati serta memperhatikan apa yang dosen berikan di depan kelas karena kadang saya merasakan bagaimana ketika sedang menjelaskan tidak diperhatikan itu bagaimana rasanya.